Padaku yang sangat mencintaimu
Mengapa kau Tancapkan sebuah duri
Kepada ketulusan kasih sayangku
Ku tak pernah lelah menunggumu
Ku tak penah letih menyayangimu
sepenuh jiwa dan ragaku
Kini kau datang dengan sepucuk surat Undangan
Ku terkejut menagis Pilu
Sakit yang dalam ku rasa padamu
Penantianku sia-sia
harapanku sirna
Oh . . . Tuhan, Mengapa derita ini
Kau berikan padaku
Sungguh . . . . . sungguh aku tak kuasa
Menahan bendungan air mata
Yang mengalir Deras
Membasahi pipi.
Sepucuk surat undangan, hapus saja air matamu