Aku tak ingin

Aku tak ingin tersenyum saat ini
Aku tak ingin bicara saat ini
Aku memang bukan siapa-siapa
Tapi aku ingin mengingatkan

Jalan tersesat & penyesalan
selalu terjadi belakangan
Aku ta` ingin semua terjadi
Menimpa terhadapmu
Tapi mengapa ? ? ?

Sekarang kau telah membenciku
Melihat dan mendengar Namaku
Kau sudah tidak peduli
Apakah ini adil untuku ? ?

Jangan hukum aku dengan egomu
Jangan benci aku semaumu
Aku melakukan semua itu
Karena aku tulus sayang padamu

Kau salah mangartikan
Dengan cara apa
Aku harus menjelaskan
Ma`afkan aku jika
bersalah padamu.
sebuah permintaan maafku

Puisi Cinta

Kesetiaan

pa` bila ada yang menjadi harapanku
Adalah selalu bersamamu
Pabila ada yang menjadi cemasku
Adalah kehilanganmu

Aku ingin kau tahu
Bahwa dihariku hanya ada namau
Mulutku dapat berbohong
Ucapanku mampu berdusta
Tetapi tidak dengan hatiku
yang setia menantimu

Walau berabat lamanya
Jika dewin cinta mengizinkan
Biarlah kata I love U
Tetap padamu seorang

Mengapa

mengapa hanya sesaat
Kau menumbuhkan rasa suka padaku
Mengapa mulutmu begitu manis
Rayuanmu membuatku terbuai
Hingga aku terlena dibuatnya

Apa aku harus mengemis
Mengemis kasih dan sayangmu
Apa aku harus mengis
Agar kau kembali kepadaku
Hidup ini indah seindah sang bintang

Seindah purnama, seindah pelangi
Tapi mengapa keindahan itu
Menutupi kepalsuanmu
Menutupi cintamu

Yang dibakar api
Ta`dapat di siram
Dengan air . . . .
kasih sayangmu.

real

not all dreams come true
not all things are not done
and not all prayers
be realized

initiative and trust
That is what
time went
as the clock tick
I must be strong to face
fact of life

between sad sorrow and tears
if happy over
shortness of suffering the burden off
I wanted to scream as loud as possible

that despite
existing pain

Engkau & Dia

Memandang moe, membuatku sedih
Dekat dengannya membuatku bimbang
Ketika aku berada dalam sebuah pilihan
sungguh hati menginginkan kedua`nya
Itulah keegoisan yang ada.

Perasaan ini harus adil
Aku tak dapat Bicara
Bicara pada cinta
Aku ta` dapat jujur
Bahwa pikiranku terpaut
Pada dirimu dan dia

Bukankah cinta itu anugrah
Tapi mengapa dengan cinta pula
Ku harus menyakiti

Aku tak ingin dihapakan
Pada kebimbangan . . . . . . . keraguan
Jika aku salah
Bicaralah dimana kesalahanku
Agar aku bisa adil
Pada engkau dan dia

Di luar Jendala

Manisku, janganlah menangis
Tataplah mekar bunga diluar jendela
Niscaya kau hirup wangi keharuman
Kita mesti menyadari

Bahwa hidup adalah mendakai puncak bukit
Meniti karang terjal
Terbentur padang tebing
Hancur,lebur berkeping
kemudian kembali seperti semula

Manisku, percayalah pada cinta tuhan
Biar kita mewangi
Dalam pelukan cinta-Nya.

Masih ku tunggu engkau


Masih ku tunggu engkau
Dipuncak benua rindu
Bila burung-burung kembali kesarang
Dan bayang purnama hilang sebelum salju
Ku kan tetap terjaga
Menatap rindu di malam beku

Datanglah kasih ..... ke sulbi batinku
Bebaslah kau mengelana
diurat nadiku . . .

Kau bayangan mimpi yang melukis hati
Rindukah engkau seperti Aku merindukanmu . . .
Masih Ku tunggu engkau di puncak benua rindu
Hingga teduh mataku
Berada dihadapanmu

kehidupan

Ketika sang surya memancarkan cahayanya
Ku ingin berlari dari kenyataan
Kenyataan hidup yang begitu perih
se`akan dunia ini tak bisa melihatku

Pa`bila kehidupan ini berliku
Itu memang tlah jadi suratan
Keadaan seolah memaksa
Hati tuk terus berdiri
Agar aku dapat melanjutkan hidup

Perih ?? apakah seperih ini .........
Duka ?? apakah seduka ini ........

Tuk yak ingin Alam membisu padaku
Ku ta`ingin hanya mendengar
Gemuruh sang ombak yang kencang
Dilautan yang luas

Andai mata ini gelap
Jangan gelapkan Aku karena buta
Bila mulut ini terkunci
Jangan kunci aku dengan
sebuah kebisuan

karena aku ta` mengerti
Arti kehidupan.